Rantau.


Rasa hati enggan berujung padam
teringat pada aroma embun pagi negeri, tempat beta dilahirkan ditempa seperti baja 

Batin gundah bergejolak, ibarat kapas melayang diangkasa namun tak tahu arah tujuan, hidup keras tanah perantauan mendesak jiwa ingin hendak pulang

Apadaya, burung gereja dalam sangkar ingin kembali pulang ke sarang

Melayang dipikiran, sepersen rupiahpun  menolak dalam genggaman, musim silih berganti,detik-detik menit selalu menghantui

Awan hitam makin menyelimuti
kini sengsara diperantauan kian menusuk tulang, namun langkah tak surut terhenti

Jalan hidup masih panjang untuk bangkit dengan sejuta harapan, mengingat keluarga dikampung halaman menjadi tanggungan.

-Anugrah

Comments

Post a Comment

Popular Posts